Tradisi Gebyuran Bustaman Menjelang Ramadhan di Semarang Jawa Tengah
Juni 16, 2015Ryan Alikhsan
Tradisi Gebyuran Bustaman Menjelang Ramadhan di Semarang Jawa Tengah
Ramadhan sebentar lagi
Tentu bulan yang penuh suka cita ini kita sambut dengan meriah serta penuh dengan suka cita. Dan menjelang ramadhan tiba akan ada begitu banyak tradisi yang diadakan di hampir seluruh wilayah di Indonesia, salah satu tradisi unik yang diadakan untuk menyambut bulan suci ramadhan adalah tradisi Gebyuran Bustaman yang dilakukan oleh warga Semarang. Tradisi ini merupakan tradisi βPerang Air di Semarangβ dimana para warga saling melemparkan air ke warga lainnya dan berusaha membuat warga lainnya menjadi basah kuyup. Tak ada yang bisa marah saat tradisi ini berlangsung bahkan saat anak kecil melempar pelastik air kepada orang tua, dalam tradisi ini bukan amarah yang tercipta namun sebuah rasa kebersamaan dan keceriaanlah yang dihadirkan. Tidak membeda-bedakan tua dan muda, kaya dan miskin, pejabat danmasyarakat bahkan ras dan warna kulit. Kita semua bahagia dan bersuka cita dalam menyambut bulan suci ramadhan. Dalam tradisi perang ini bermakna saling membersihkan dan mensucikan diri.
Tradisi ini ada di Kampung Bustaman, Kelurahan Purwodinatan, Semarang Tengah.
Tahun ini, Gebyuran Bustaman digelar pada Minggu (14/6/2015) sore.
Sejak pagi, anak-anak hingga lansia warga Bustaman sudah menyiapkan air dalam bungkusan plastik.
Menjelang asar, warga berkumpul di Musala Al Barokah, musala yang berada di depan kampung.
Setelah salat, dua sesepuh kampung mulai mengguyurkan air yang diambil dari sumur peninggalan Kiai Bustaman ke beberapa bocah.
Begitu selesai, tanpa dikomando, warga yang sudah berkumpul di sekitar musala langsung saling melempar plastik-plastik berisi air.
Hampir tak ada warga yang tak basah.
Mereka yang berlari masuk gang pun akan diburu yang lain.
Anak-anak tak segan melempar air ke orang tua.
Tentu saja, ini bukan ajang melepas dendam bahkan tak boleh ada yang tersinggung atau marah seusai acara.
βLurah pun tak luput dari gebyuran warga, dan tidak marah juga,β ujar Hari Bustaman, tokoh masyarakat setempat.
Menurut Hari, Gebyuran Bustaman merupakan tradisi peninggalan Kiai Bustaman, pendiri kampung.
Menjelang Ramadan, Kiai Bustaman mengguyurkan air dari sumur kampung ke cucu-cucunya.
βSeperti tradisi padusan di beberapa daerah, tujuan gebyuran ini untuk membersihkan noda sebelum menjalani ibadah puasa,β jelasnya.
Setelah persediaan air masing-masing warga habis, perang air pun berhenti.
Jalan-jalan kampung dan kondisi basah kuyup tak langsung membuat keceriaan warga hilang.
Mereka malah berkumpul dan makan bersama sego gudangan (nasi gudangan).
Masakan yang telah disediakan sebelumnya ini terdiri dari nasi dan sayuran yang telah dicampur sambal kelapa.
Kebersamaan itu semakin mencairkan suasana dan membuat warga tambah akrab.
βTradisi ini terbuka untuk umum. Siapa saja yang tertarik, bisa bergabung bersama kami tahun depan,β ujar Hari.
Kampung Bustaman berada di kawasan Jalan MT Haryono, Kota Semarang.
Kampung ini bisa diakses menggunakan Bus Rapid Transit (BRT) koridor III.
Dari Bandara Ahmad Yani Semarang, anda bisa naik BRT dari Kalibanteng ke arah kota.
Selanjutnya, transit di shelter depan SMAN 5 Semarang dan berganti BRT koridor III.
Bandung Tree top Outbound Cikole Lembang Bandung,- Tempat outbound Bandung tree top konsepnya tidak jauh beda dari tempat outbound Grafika Cikole. Di tempat ini Anda bisa mencoba Wahana highroop seperti, flying fox, jembatan gantung , Spider... Read More | Share it now!